Aplikasi Obat Cacing untuk Babi

Diterbitkan pada

Whatsapp image 2023 10 30 at 11.50.05
www.freepik.com

    Peternakan babi di negara beriklim tropis rentan terhadap penyakit cacing, karena perkembangan telur cacing menjadi larva infektif dapat berlangsung sepanjang tahun. Akan tetapi, kasus kecacingan pada babi sering diabaikan padahal dapat menurunkan produktivitas dan pertumbuhan secara signifikan. Cacing pada babi dapat mengganggu sistem pencernaan, pernafasan, dan perkemihan.

    Cacing yang sering ditemukan pada babi adalah Ascaris suum, Hyostrongylus rubidus. Oesophagostomum dentatum, Trichuris suis, Metastrongylus apri, Strongyloides ransomi, dan Stephanurus dentatus. Ascaris suum (roundworm) merupakan cacing gelang besar yang menyebabkan milk spot liver (bintik putih pada hati) dan biasanya ada pada babi fase grower. Induk dapat mengeluarkan telur cacing ini lewat kotoran dan menularkannya ke anak babi. Hyostrongylus rubidus merupakan cacing lambung merah, biasanya ada pada induk yang dipelihara outdoor dan berhubungan dengan kondisi kandang yang buruk. Oesophagostomum rubidus merupakan cacing nodul yang berkaitan dengan “thin sow syndrome”. Trichuris suis merupakan cacing cambuk yang ada pada kolon atau usus besar dan menyebabkan kolitis pada babi grower. Metastrongylus apri merupakan cacing paru-paru dengan cacing tanah sebagai inang antara. Strongyloides ransomi atau cacing benang merupakan cacing yang dapat menyebabkan enteritis pada anak babi sebelum sapih. Stephanurus dentatus adalah cacing ginjal.

Telur dan larva dari roundworm dan cacing cambuk resisten terhadap kekeringan, sinar UV dan desinfeksi. Larva cacing paru-paru dapat bertahan di cacing tanah sampai 3 tahun. Oleh karena itu, pemberian obat cacing pada babi diperlukan agar jumlah cacing yang ada pada babi dan lingkungannya dapat dikendalikan. Pilihan obat cacing untuk babi antara lain sebagai berikut:

  1. Piperazin
    Efektif terhadap roundworm  dan cacing nodul fase dewasa. Biasanya dipakai karena harganya relatif murah dan dapat diberikan dengan dosis tunggal.
  2. Levamisol                                                                                                                                                                                                            Efektif terhadap roundworm, cacing nodul, cacing benang, cacing ginjal, dan cacing paru. Bisa diberikan lewat air minum atau injeksi
  3. Ivermectin
    Efektif terhadap roundworm, cacing benang, cacing ginjal, cacing lambung, dan cacing paru tetapi kurang terhadap cacing cambuk. Selain itu juga efektif terhadap ektoparasit pada babi.
  4. Fenbendazol                                                                                                                                                                                                           Efektif terhadap roundworm, cacing nodul, cacing paru, cacing lambung, cacing cambuk, dan cacing ginjal. Sangat efektif untuk cacing dewasa dan menjelang dewasa. Fenbendazol efektifitasnya lebih bagus jika diberikan dengan dosis beberapa hari daripada dengan dosis tunggal.                 

   

Pemberian obat cacing pada babi dapat dijadwalkan sebagai berikut:

  1. Babi grower diberikan pada umur 8 minggu, kemudian diulang setiap 2 bulan sampai dewasa.
  2. Babi dewasa umur >12 bulan dapat diberikan setiap 6 bulan sekali.
  3. Induk yang akan melahirkan seharusnya diberikan anthelmintik 7-14 hari sebelum melahirkan atau sebelum dipindahkan ke kandang melahirkan.
  4. Babi dara seharusnya diberikan 7-14 hari sebelum dikawinkan.
  5. Babi indukan yang baru dibeli harus diberikan anthelmintik.

Pemberian anthelmintik juga harus diulangi sebelum periode prepatent untuk membunuh cacing fase dewasa sehingga mencegah cacing dewasa bisa bertelur.



Referensi:
Biehl LG. 1986. Anthelmintics for swine. Veterinary Clinics of North America: Food Animal Practice. 2(2):481-487.
Jacela JY, DeRouchey JM, Tokach MD, Goodband RD, Nelssen JL, et al. 2009. Feed additives for swine: Fact sheets – carcass modifiers, carbohydrate-degrading enzymes and proteases, and anthelmintics. J Swine Health Prod. 17(6):325–332.